Sebanyak 18 film pendek diputar di Gelora Hasta Brata Universitas PGRI Adi Buana, Surabaya, Jawa Timur. Pemutaran ini bagian dari Sinema Keliling dalam Festival Film Bulanan selama tiga hari atau Jumat-Minggu (12-14 Mei 2023)
Sinema Keliling merupakan program Festival Film Bulanan yang didukung penuh oleh Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif. Kegiatan rutin setiap purnama ini bertujuan memasyarakatkan film-film pendek karya sineas daerah sebagai altarnatif tontonan atau hiburan berkualitas bagi rakyat. Nuansa kegiatan dibuat mirip seperti layar tancap yang turut dimeriahkan pementasan seni, diskusi perfilman, dan pasar usaha mikro kecil menengah (UMKM).
Sinema Keliling diharapkan menjadi pemicu agar komunitas perfilman daerah termasuk Surabaya akan secara rutin memelihara dan mengadakan festival. Pemutaran film-film karya sineas daerah diharapkan menjadi tren yang dapat menarik atau memutar sektor pariwisata dan ekonomi kreatif masyarakat.
Ini memerlukan kolaborasi multipihak atau setidaknya pentahelix (pemerintah, akademisi, badan usaha, komunitas, media massa) untuk mendorong pemajuan kehidupan sosial termasuk pertumbuhan kepariwisataan dan perekonomian.
Baca juga : Komunitas Berperan Strategis untuk Keberlanjutan Ekosistem Film
Di hari pertama atau Jumat lalu diputar lima film. Bersama Membangun Negeri produksi Cinemahameru Jakarta dan Burung Cikalang Christmas di Teluk yang Riuh produksi Burung Laut Indonesia Jakarta. Keduanya berstatus film terpilih April 2023.
Selain itu, pemenang dalam Festival Film Bulanan 2022 yakni Semayam produksi Maju Jalan Film Yogyakarta (film terbaik) dan Maramba produksi Etanan Films Yogyakarta (dokumenter terbaik), dan Jiwa produksi Absolute Creative 2022.
Hari berikutnya atau Sabtu, diputar tujuh film yang di antaranya berstatus pemenang kategori Festival Film Bulanan 2022. Gemintang produksi Gresik Movie (ide cerita terbaik), Cerita di Waktu yang Salah produksi Vanessa Films Bandung (audio terbaik), Memorabilia produksi Jogja Film Academy (visual terbaik), Pesen Pungkasan produksi Tolede Production Surabaya (film terpilih Mei 2022).
Selain itu, Bapak Tidak Pulang Hari Ini produksi Akral Pictures Sinema Universitas Airlangga Surabaya, Perspective produksi Komunitas Gima Produksi Film & Televisi Universitas Dinamika Surabaya, dan Badut “Everyone has a purpose” produksi SMK Negeri 12 Surabaya.
Di film pendek ada tantangan bagi sineas untuk ruang gerak ekspresi yang tetap leluasa
Di hari terakhir atau Minggu diputar enam film. Masing-masing ialah Menyisir Gili Ketapang produksi Geletong Media Malang (film terpilih Juni 2022), Waiting For Your Phone Call produksi One Studios Tangerang (film terpilih Agustus 2022), Jagat produksi Kine Club Universitas Muhammadiyah Surakarta (film terpilih April 2022), Bagurau produksi Komunitas Seni Hitam-Putih & Relarugi Foundation Padang (film terpilih Maret 2022), Dua Sisi produksi KINNE Komunikasi Universitas Pembangunan Nasional Veteran Surabaya 2021, dan Nada Perdjoeangan : A Documentary Film of Indonesia Raya produksi Sindie Klub Surabaya 2022.
Baca juga : Film yang Mengetuk Setiap Saat
Bergizi
Film pendek bukan sekadar dari durasi yang kurang dari 20-40 menit. Bukan juga reduksi kisah dari gambar bergerak atau film panjang. Film pendek juga bukan sekadar wahana pelatihan bagi amatir atau sineas untuk menceburkan diri ke industri perfilman.
Film pendek berkarakter berbeda, tidak sempit pemaknaan, atau bukan dianggap karya yang mudah dan murah dibuat. “Di film pendek ada tantangan bagi sineas untuk ruang gerak ekspresi yang tetap leluasa,” ujar Direktur Musik, Film, dan Animasi Kemenparekraf Mohammad Amin Abdullah di sela Sinema Keliling di Surabaya.
Lihatlah misalnya Bersama Membangun Negeri. Film berdurasi 20-25 menit ini bercerita tentang upaya seorang perempuan calon politikus dalam berkampanye demi mendulang suara pemilih. Si calon menyewa tim kreatif untuk pembuatan video yang merekam adegan menangis bersama rakyat. Tujuannya mendapat simpati ketika rekaman itu nantinya disebarluaskan sebagai materi kampanye.
Baca juga : Dorong Sineas Produksi Film Anak
“Film ini mencoba menawarkan suatu perspektif dimana Indonesia mendekati kegiatan politik Pemilu, Pilpres, dan Pilkada 2024,” kata Panji Respati, produser Bersama Membangun Negeri. Jika direnungkan lagi, film tadi seolah kritik dan peringatan kepada publik agar jangan mau diperdaya oleh calon politikus atau calon pejabat. Mendekati kontestasi, rakyat hampir pasti akan “diserang” rayuan gombal bahkan suap yang sejatinya menodai marwah demokrasi.
Film lainnya yakni Burung Cikalang Christmas di Teluk yang Riuh merupakan sinema dokumenter yang bertujuan untuk pendidikan dan kampanye pelestarian keragaman hayati. Burung-burung itu bermigrasi dari Pulau Christmas di Samudera Hindia ke utara dan mampir salah satunya di Teluk Jakarta. Pelestarian burung ini penting mengingat populasinya tersisa 4.000 ekor. Perburuan dan perusakan habitat yang disinggahi menjadi pertaruhan keabadian spesies aves dengan nama latin Fregata andrewsi tersebut.
“Pembuatan filmnya dengan banyak kendala yakni cuaca, situasi Teluk Jakarta, dan musuh alami burung cikalang natal itu,” kata Fransiska Noni Tirtaningtyas, produser sekaligus aktivis Burung Laut Indonesia.
Baca juga : Kenalkan Kebudayaan kepada Anak melalui Film
Gairah
Adapun film Perspective merupakan sinema eksperimental buatan mahasiswa mahasiswi Undika (dahulu STIKOM Surabaya) untuk mempraktikkan teori tentang surealisme dan semiotika. Film tanpa dialog itu menggambarkan seorang pemuda yang dirantai dan berperilaku seperti anjing yang dimiliki majikan sepasang lelaki dan perempuan.
Film ingin memberi kritik tentang situasi sosial ketika serangan pandemi Covid-19 (Coronavirus disease 2019) sejak Maret 2020. Situasi pandemi saat ini sedang menuju endemi, tiada lagi pemberlakuan pembatasan kegiatan masyarakat meski masih tetap dianjurkan penerapan protokol kesehatan.
Hampir seluruh adegan Perspective memperlihatkan aktivitas terbatas majikan dan si manusia anjing di dalam rumah. Dalam suatu adegan, si manusia anjing bermimpi menghirup kehidupan yang bebas. Sampai pada saatnya, si manusia anjing disuntik vaksin dan akhirnya bisa kembali melihat dunia. Oh, ini situasi mirip dengan yang kita alami yakni kelonggaran diberikan setelah mendapat vaksin Covid-19.
Inisiator Festival Film Bulanan Vera Damayanti mengatakan, Sinema Keliling ingin terus memacu kreativitas sineas daerah untuk berkarya. Jangan minder jika ingin berkembang melalui film pendek terlebih dahulu. Jangan berkecil hati jika baru bisa memproduksi film pendek.
“Karya besar bukan sekadar diukur dari durasi tetapi kualitas,” kata Vera. Sebagai salah satu apresiasi terhadap sineas daerah terutama pemenang Festival Film Bulanan 2022, akan dibawa ke perhelatan akbar Festival Film Cannes di Perancis 2023. Di sana, mereka akan dipertemukan dengan sineas dunia, investor, dan produser serta mengikuti beragam lokakarya untuk pengembangan.
Yang terang, film pendek tidak kerdil tetapi kompleks, padat seperti makanan kaya nutrisi. Film, pendek atau panjang, adalah produk kebudayaan yang masih diyakini tetap relevan sebagai bagian dari pemajuan kehidupan sosial masyarakat. Untuk itu, setelah Sinema Keliling diharapkan muncul kegiatan-kegiatan serupa di Surabaya. Mari dimulai dari kampung, sekolah, kampus, lapangan, yang tujuannya memelihara gairah perfilman.
Pesan Panjang dari Film Pendek - kompas.id
Kelanjutan Disini Klik
No comments:
Post a Comment