Rechercher dans ce blog

Friday, July 14, 2023

Review Film: Insidious The Red Door - CNN Indonesia

Jakarta, CNN Indonesia --

Saya sadar penuh sejak awal tak bisa berharap banyak akan penutupan kisah Insidious. The Red Door yang menjadi penutup horor derita keluarga Lambert pun melewati ekspektasi bawah saya dengan nilai "cukup".

Kenapa saya tak banyak berharap akan film yang digadang sebagai penutup kisah 10 tahun lalu? Pertama, kisah Insidious saya anggap sudah 'selesai' sejak film pertama dirilis pada 2010.

Kematian Elise (Lin Shaye) di akhir film pertama yang mestinya menjadi premise menjanjikan untuk Insidious 2, toh tidak bisa dimanfaatkan maksimal oleh sutradara James Wan dan Leigh Whannell sebagai penulis pada 2013.

Sehingga, Insidious 2 (2013) saya anggap sebagai 'bonus' hidangan penutup, terutama berdasarkan adegan terakhirnya yang sudah cukup jelas sebagai akhir dari cerita.

Hingga ketika kisah 10 tahun lalu kemudian diangkat lagi dalam Insidious The Red Door, apakah saya harus berharap petualangan baru dari Josh dan Dalton Lambert? Sejujurnya saja tidak.

Insidious: The Red Door resmi tayang di bioskop Indonesia pada Rabu (12/7). Film kelima waralaba Insidious ini masih dibintangi pemain asli saga film horor ini, Patrick Wilson, Rose Byrne, Ty Simpkins, dan penampilan dari Lin Shaye.Review Insidious: The Red Door: Ketika kisah 10 tahun lalu kemudian diangkat lagi dalam Insidious The Red Door, apakah saya harus berharap petualangan baru dari Josh dan Dalton Lambert? Sejujurnya saja tidak. (dok. Sony Pictures Releasing)

Penulis Scott Teems pun tampaknya berpikiran yang sama. Selama 107 menit film berjalan, sebagian dari isi Insidious The Red Door mengulang kisah dua film prekuelnya yang terkait, yakni versi 2010 dan 2013.

Perubahan cerita hanya ada pada latar waktu yang menyesuaikan dengan perkembangan Dalton Lambert (Ty Simpkins), penambahan sedikit karakter baru dalam hidup Dalton, dan masalah keluarga yang baru.

Sisanya sama. Pemain sama, pembabakan cerita juga sama, dua hantu pun sama, teror scoring masih sama, serta pengulangan kembali sejumlah footage dua film sebelumnya.

Hal itu bagi saya jelas mempermudah Patrick Wilson untuk bekerja sebagai sutradara. Apalagi, film ini adalah debutnya sebagai sutradara film panjang. Jangan salah, bagi saya tak ada yang lebih baik selain 'orang lama' yang menggarap Insidious 5.

Apalagi, film ini berstatus sebagai penutup. Perlu orang yang sudah lama berpetualang dalam the Further untuk menggarap film ini agar setidaknya tak banyak kehilangan rasa khas dari saga.

Saya pun mengapresiasi usaha Patrick Wilson dalam menambah sedikit rasa segar dalam Insidious 5. Misalnya pada deraan jumpscare dan permainan psikologis penonton melalui berbagai scene jelang jumpscare.

Insidious: The Red Door resmi tayang di bioskop Indonesia pada Rabu (12/7). Film kelima waralaba Insidious ini masih dibintangi pemain asli saga film horor ini, Patrick Wilson, Rose Byrne, Ty Simpkins, dan penampilan dari Lin Shaye.Review Insidious: The Red Door:Patrick Wilson jelas punya otak jahil yang membuat menyaksikan Insidious The Red Door terasa lebih menyenangkan daripada sekadar membuka album memori. (dok. Sony Pictures Releasing)

Patrick Wilson jelas punya otak jahil yang membuat menyaksikan Insidious The Red Door terasa lebih menyenangkan daripada sekadar membuka album memori.

Namun saya menyayangkan peran Joseph Bishara sebagai komposer yang terasa kurang menggigit dalam film penutup Insidious ini.

Memang saya tak mengharapkan Bishara bisa mengenalkan penonton dengan lagu lawas seikonis Tiptoe Thru' The Tulips With Me (1968) dari Tiny Tim seperti dalam Insidious (2010), tapi tetap saja ada keinginan saya mendengar karya Bishara sebagai 'oleh-oleh'.

Selain kepada Bishara, saya juga sebenarnya mengharapkan ada sedikit eksplorasi lebih mendalam dari Scott Teems terhadap si setan musuh bebuyutan keluarga Lambert.

Rasanya selama lima film, si setan itu masih banyak menyimpan banyak misteri. Apakah kisah si setan akan menjadi bagian proyek spin-off semesta Insidious? Siapa tahu.

[Gambas:Youtube]

Terlepas dari itu, Scott Teems seperti membaca keinginan saya akan akhir dari Insidious 5. Mungkin memang terkesan kurang dramatis atau berkesan atau kata orang "b saja", tapi penutupan yang juga tribut itu bagi saya adalah adegan yang dibutuhkan untuk saga 13 tahun ini.

Saya tak membayangkan bagaimana akhir dari Insidious 5 dibuat seperti pada versi 2010 atau empat saga lainnya yang menggantung. Saya pribadi rasanya terlalu lelah dan jenuh untuk menunggu 3-5 tahun lagi melihat jawaban dari sebuah adegan cliffhanger.

Di sisi lain, saya lebih bersemangat menantikan kisah-kisah horor baru dari Hollywood yang mungkin akan berkembang menjadi waralaba seperti saat Insidious lahir pada 13 tahun lalu.

(end)

Adblock test (Why?)


Review Film: Insidious The Red Door - CNN Indonesia
Kelanjutan Disini Klik

No comments:

Post a Comment

Facebook SDK

Featured Post

Sinopsis Film Agak Laen Tayang 1 Februari di Bioskop, Ceritakan Rumah Hantu di Pasar Malam - Tribun-Video.com

[unable to retrieve full-text content] Sinopsis Film Agak Laen Tayang 1 Februari di Bioskop, Ceritakan Rumah Hantu di Pasar Malam    Tribun...