Rechercher dans ce blog

Saturday, July 1, 2023

Petualangan Indy Tua Mencari Jam Archimedes - kompas.id

Indiana Jones (Harrison Ford) dalam salah satu adegan film <i>Indiana Jones and the Dial of Destiny</i>.
LUCASFILM LTD.

Indiana Jones (Harrison Ford) dalam salah satu adegan film Indiana Jones and the Dial of Destiny.

Bagi penggemar kisah petualangan profesor arkeolog Henry Walton Jones alias Indiana Jones, film Indiana Jones and the Dial of Destiny (2023)bisa jadi pengobat rindu. Setelah terjeda 15 tahun dari film sebelumnya, Indiana Jones and the Kingdom of the Crystal Skull (2008), Indy, begitu panggilan karakter jagoan yang diperankan Harrison Ford, kembali beraksi.

Berbagai aksi menegangkan pemicu adrenalin sekaligus memeras otak kembali menjadibagian menarik yang bisa ditonton di kisah petualangan Indy kali ini.

Aksi kejar-kejaran seru, dibumbui tembak-menembak, dan ledakan besar. Atau petualangan blusukan mencari jalan dan pintu rahasia penuh jebakan menuju harta karun. Ditambah lagi,upaya mengungkap teka-teki tak terpecahkan selama ratusan atau ribuan tahun, dengan pengetahuan mengagumkan sang profesor akan sejarah atau bahasa kuno.

Selain kisah petualangan seru, juga terdapat satu elemen yang menjadikan film ini istimewa. Hal istimewa itu adalahpenggunaan teknologi pencitraan komputer canggih, yang bisa menghadirkan sosok Indy dalam dua tampilan usia walau tetap diperankan seorang Harrison Ford, aktor yang kini telah berusia 81 tahun.

Pada awal film ketika cerita mengacu pada kejadian lampau, Indy seperti biasa digambarkan tengah menjalani petualangan menantang maut dalam usia masih sekitar 40 tahun. Dia diceritakan mencoba meloloskan diri dari kejaran Nazi, yang tengah menjarah berbagai artefak bernilai sejarah tinggi. Sementara sepanjang sebagian besar alur filmnya Indy digambarkan sudahtua dan masuk usia pensiun.

Indiana Jones (Harrison Ford) dalam salah satu adegan film <i>Indiana Jones and the Dial of Destiny</i>.
JONATHAN OLLEY

Indiana Jones (Harrison Ford) dalam salah satu adegan film Indiana Jones and the Dial of Destiny.

Jam Archimedes

Dalam film ini, penampilan klasik Indiana Jones tetap dipertahankan. Penampilan sama seperti menjadi ciri khasnya selama empat dekade terakhir, aksesori jaket, topi koboi, dan pecut terbuat dari kulit. Dengan semua itu, Indy kembali bertualang ke berbagai negara, kali ini untuk mencoba mengungkap misteri di balik jam (dial) Archimedes, filsuf sekaligus matematikawan besar Yunani.

Jam mekanik berteknologi jauh melampaui masanya itu diyakini menyimpan misteri tentang perjalanan waktu, yang tentunya dapat dipakai untuk mengubah sejarah dunia. Indy dan sahabat lamanya, Basil Shaw (Toby Jones), mencoba menyelamatkan dan membawa kabur jam Archimedes itu dari penguasaan ilmuwan Nazi, Dr Voller (Mads Mikkelsen).

Selain Basil, dalam film ini juga hadir karakter-karakter lain, yang selama ini pernah mendampingi Indy.Mereka seperti kekasih yang kemudian diceritakan menjadi istri Indy, Marion Ravenwood (Karen Allen), serta sahabat Indy asal Mesir, Sallah (John Rhys-Davies).

Karakter Marion sebelumnya tampil diIndiana Jones, Raiders of the Lost Ark (1981) dan Indiana Jones and the Kingdom of the Crystal Skull (2008). Sementara karakter Sallah ada di film Raiders of the Lost Ark (1981) dan Indiana Jones and the Last Crusade (1989).

Dalam sekuel terbaru ini, karakter Indy digambarkan menderita secara batin di hari tuanya lantaran kematian putranya dalam Perang Dunia II, yang berujung mengandaskan pernikahannya dengan Marion.

Saat dalam keterpurukannya itu, Indy didatangi seorang perempuan muda energik dan penuh antusias pada sejarah dan arkeologi masa lalu. Sosok Helena Shaw alias Wombat (Phoebe Waller-Bridge) iniadalah anak Basil sekaligus anak baptis Indy. Helena juga seorang arkeolog dan sangat terobsesi mencari keberadaan potongan jam Archimedes demi mengungkap misteri di baliknya. Obsesi itu menurun dari mendiang ayahnya.

Seorang rekan cilik menemani Helena, Teddy (Ethann Isidore). Sosok Teddy digambarkan banyak akal dan jago mencuri. Penggambaran itu mengingatkan orang pada sosok rekan cilik Indy, Short Round (Ke Huy Quan), di Indiana Jones and the Temple of Doom (1984).

Sayangnya ketertarikan Helena juga ditunjukkan musuh lama Indy, yang ternyata masih hidup. Sang ilmuwanjahat, Dr Voller, bertekad ingin memanfaatkan jam Archimedes untuk meluruskan jalannya sejarah menuju kemenangan serta kejayaannya versi dirinya sendiri. Akankah garis waktu benar berubah? Mungkin jawabannya hanya bisa ditemukan di akhir film.

 Salah satu adegan film <i>Indiana Jones and the Dial of Destiny</i>.
LUCASFILM LTD.

Salah satu adegan film Indiana Jones and the Dial of Destiny.

Kecerdasan buatan

Dalam satu wawancara, kantor berita Associated Press (AP) menanyakan soal pemanfaatan teknologi berdasarkan kecerdasan buatan (artificial intelligence) di film ini. Hadir dalam wawancara tersebut sang sutradara James Mangold dan Harrison Ford.

Mangold yang juga menulis naskah menolak menggunakan istilah teknologi AI di filmnya tersebut. ”Kami tak pernah memakai istilah AI dalam seluruh proses pembuatan film ini. Semua itu sekadar proses pascaproduksi di mana teknologi efek visual dilibatkan. Namun, saya memang tak tahu otak komputer seperti apa yang dipakai,” elaknya sambil tertawa.

Menurut Mangold, tujuan utama mereka adalah memberi para penonton cita rasa dan kesan sebagaimana yang mereka ingat saat menonton film-film Indiana Jones sebelumnya. Semua dilakukan sebaik yang bisa mereka buat. Dalam sekuel ini, Mangold memang pertama kali berperan menggantikan Steven Spielberg, sutradara empat film Indiana Jones sebelumnya.

Namun begitu dalam kesempatan wawancara berbeda, Ford menceritakan proses pembuatan film. Kepada pewawancara dari perusahaan ticketing film daring, Fandango, Ford menyebut sosoknya bisa kembali muda akibat campur tangan teknologi komputer canggih.

Untuk ”memudakan” dirinya, para pekerja efek visual di pascaproduksi ”menambang” data gambar-gambar wajah dan dirinya dari potongan-potongan film lama. Tak hanya dari potongan-potongan film yang sudah jadi, tetapi juga dari bagian-bagian yang dulu tak terpakai.

Dari proses tersebut, data tentang wajah dan sosoknya, dengan berbagai sudut pengambilan gambar, ekspresi, dan pencahayaan, kemudian dimasukkan ke dalam film terbaru sekarang. Dari situlah penampilan Ford bisa jadi lebih muda sampai beberapa dekade dari usia sebenarnya.

Baca juga: Pertanyaan Soal Cinta Buta Kaisar dan Selir

”Jadi (prosesnya) bukan seperti proses Photoshop biasa. Wajah yang ditampilkan memang benar-benar diambil dari (rekaman gambar) wajahku sendiri, tapi dari potongan-potongan adegan film dari 35 tahun lalu. Menyeramkan, ya?” ujarnya.

Namun begitu Ford juga memuji proses peralihan urutan waktu dalam film, yang dilakukan sang sutradara. Juga soal penggambaran kondisi ”kekinian” sosok Indy yang telah menua dan tidak berada dalam keadaan terbaiknya. Semua digambarkan dengan latar belakang waktu bersejarah, saat Negeri Paman Sam tengah merayakan kepulangan para astronotnya yang sukses menjejakkan kaki di bulan tahun 1969.

Phoebe Waller-Bridge dalam satu adegan film <i>Indiana Jones and the Dial of Destiny.</i>
JONATHAN OLLEY

Phoebe Waller-Bridge dalam satu adegan film Indiana Jones and the Dial of Destiny.

Adblock test (Why?)


Petualangan Indy Tua Mencari Jam Archimedes - kompas.id
Kelanjutan Disini Klik

No comments:

Post a Comment

Facebook SDK

Featured Post

Sinopsis Film Agak Laen Tayang 1 Februari di Bioskop, Ceritakan Rumah Hantu di Pasar Malam - Tribun-Video.com

[unable to retrieve full-text content] Sinopsis Film Agak Laen Tayang 1 Februari di Bioskop, Ceritakan Rumah Hantu di Pasar Malam    Tribun...