Namanya juga karya, salah satu muaranya pasti penerima. Sama halnya film, segala upaya, daya, dan biaya yang dikeluarkan tibanya akan di penonton juga.
Film tak menyoal eksakta. Jika sang seniman bebas karya, maka si penerima pun bebas nilai. Interpretasi terhadap karya akan diterima dengan bias individu.
Itu yang rupanya mendasari pengulas film atau reviewers dalam menyampaikan wacana. Kejujuran, jadi kunci bagi Rasyid Baihaqi di kesehariannya mengulas film.
"Jujur dong," jawab Rasyid pada CNNIndonesia.com, Kamis (26/8) ketika ditanya seberapa jujur ia ketika mengulas sebuah karya.
"Biasanya kalau niat review, sengaja enggak baca, nonton, atau dengar review orang lain dulu. Jadi enggak terpengaruh review-nya. Setelah review, baru deh cari sudut pandang orang lain." ujarnya mengisahkan proses review film.
Mulanya dari sekadar tugas. Namun, kini Rasyid mengaku mulai terbiasa mengulas film. Baginya, giat tersebut seperti naluriah.
Ia bahkan mengaku "geregetan kalau habis nonton film jelek." Ia ingin berbagi perspektif yang ia rasakan terhadap suatu film, kemudian menyalurkannya perspektif tersebut pada pembaca karya ulasannya.
"Kalau filmnya bagus, pengin orang lain merasakan hal yang sama juga. Entah itu senang, sedih, seram, apa punlah."
Sadar bahwa review ataupun kritikan yang ia buat bisa saja disadari keberadaannya oleh sang kreator film, Rasyid mengaku ada kehati-hatian yang ia rasakan. Namun, bukan rasa takut.
"Hati-hati dalam arti lebih cermat lagi kritiknya. Kalau takut sih enggak, toh niatnya bukan menjelek-jelekan." ujar Rasyid, yang beberapa ulasannya pernah sampai ke telinga kreator film yang diulas.
"Supaya dia lebih serius lagi bikin filmnya. Banyak yang bilang hubungan filmmaker dan kritikus itu kayak sparing partner." lanjutnya.
Tak terbayangkan bagi Rasyid, film hidup tanpa testimoni penonton. Baginya, jika dikelola dengan baik, testimoni secara kolektif bisa jadi 'bahan bakar' untuk filmmaker.
"Timbal balik ini menurutku penting untuk jadi bahan bakar filmmaker untuk bikin film lebih baik lagi. Awalnya komentar-komentar santai tapi jika ditulis lebih serius dan fokus pasti akan jadi kritik yang baik."
Simak tanggapan sutradara soal kehadiran review dan kritik film di halaman berikutnya..
Kritik Film Jadi Alasan Bahwa Karya itu Ada
BACA HALAMAN BERIKUTNYAKritik dan Review, Bukti Timbal Balik Wacana di Industri Film - CNN Indonesia
Kelanjutan Disini Klik
No comments:
Post a Comment