Review film The Tomorrow War mengandung paparan.
The Tomorrow War dihujani kritik dan kemunculan Presiden Keenam Republik Indonesia, Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) satu detik. Dua tema itu yang ramai berseliweran di berita-berita online.
Ya, dua topik itu yang justru menggugah rasa penasaran saya untuk menonton The Tomorrow War. Padahal, awalnya saya sudah menyiapkan film Thailand untuk review berikutnya.
Kalau membaca sinopsis The Tomorrow World, ceritanya bukan ide yang benar-benar baru.
Sama seperti jenis sci-fi yang pernah ada, The Tomorrow War bercerita tentang perjuangan warga bumi melawan invasi alien dari planet antah-berantah. Sebut saja seperti War of the Worlds (2005) yang dibintangi Tom Cruise dan The War of the Worlds 2: The Next Wave.
Tentu saya suka dengan dua film itu dari segi skenario cerita.
Sementara The Tomorrow War membuat saya kurang tergugah awalnya. Namun, artikel berjudul The Tomorrow War yang Tampilkan SBY Sedetik Dihujani Kritik, membuat saya kepo.
Terlebih sejumlah kritik dari kritikus film yang dikutip artikel itu dari Rotten Tomatoes cukup sadis. Rasanya macam keripik pedas level teratas jika saya baca.
Salah satu kritikan dilontarkan kritikus film Brian Lowry dari CNN. Seolah Lowry merasa iba dengan pemeran utama The Tomorrow War, Chris Pratt.
"Menonton Chris Pratt berjuang menyelamatkan masa depan bisa menjadi daya tarik, tetapi di film ini dan saat ini, dia bahkan tidak bisa menyelamatkan filmnya," tulis Lowry.
Kritikus film lainnya, Johnny Oleksinski, bahkan melontarkan analogi yang lebih konyol lagi.
"(Film ini seperti) menggabungkan (film) Alien, The Terminator, dan A Quiet Place ke dalam blender. Dan, seperti smoothie kangkung menjijikkan yang kalian buat, hasilnya tidak enak," tulis Oleksinski.
Secara umum memang film yang tayang streaming di Prime Video produksi Amazon Studios itu menambah koleksi genre sci-fi tentang invasi alien di bumi. Namun ada yang membedakan dari sisi skenario.
Alien monster di film The Tomorrow War. (Amazon Studios via IMDB)
|
The Tomorrow War mengisahkan seorang veteran tentara Amerika Serikat, Dan Forester (Chris Pratt) dan tentara sukarelawan lain, melesat ke masa 30 tahun ke depan untuk melawan alien ganas pemangsa manusia.
Cerita itu dengan setting waktu 2022 sebagai 'masa kini'. Sedangkan 2050-an adalah masa depan yang merupakan medan pertempuran umat manusia melawan alien.
Dan Forester terpaksa dipilih tentara dari masa depan karena melalui 'pindaian masa depan' ia akan meninggal tujuh tahun lagi.
Dan pun terpaksa berpisah dengan sang putri ciliknya, Muri Forester (diperankan oleh Ryan Kiera Armstrong) dan sang istri, Emmy Forester (Betty Gilpin).
Klimaks cerita berawal ketika manusia dari masa depan terdesak dengan kebuasan alien pemangsa. Saat itu pada 2050-an umat manusia mendekati kepunahan di bumi.
Saking terdesak, mereka kembali ke 2022 untuk meminta bantuan manusia di masa itu lewat portal portal 'lubang cacing'. Dari segi premis, ceritanya cukup oke. Namun, saya agak terganggu dalam cara adegan demi adegan itu dirajut dalam satu cerita.
Saya juga kurang puas soal dialognya yang mubazir. Alhasil, durasi film itu 'luber' sampai 2 jam 9 menit!
Semisal ketika Dan bertemu dengan sang putri di masa depan, Kolonel Muri Forester. Sang Kolonel ini yang memimpin penelitian mencari racun pembunuh alien monster.
Sudah jelas Muri meminta tolong Dan membawa pulang racun itu ke masa 2022. Namun, dialog itu panjang lebar diulang lagi saat Dan bicara dengan Emmy Forester usai berhasil kembali dari masa depan.
Ada beberapa adegan pun yang saya nilai agak 'cheesy' alias murahan. Contohnya adalah awal klimaks film itu ketika para tentara masa depan masuk ke masa 2022.
Mereka tiba-tiba muncul di lapangan saat laga Piala Dunia 2022 di Qatar. Entah kenapa, adegan itu kok jadi terkesan picisan ya...
Baca soal kemunculan sosok SBY dalam The Tomorrow War di halaman 2...
Menyoal Kemunculan SBY Sedetik
BACA HALAMAN BERIKUTNYAReview Film: The Tomorrow War - CNN Indonesia
Kelanjutan Disini Klik
No comments:
Post a Comment