Rechercher dans ce blog

Friday, May 28, 2021

Review Film: Army of the Dead - CNN Indonesia

Jakarta, CNN Indonesia --

Menarik memang melihat zombie menjadi lebih kuat dan cerdas, tak hanya berjalan oleng. Namun untuk sebuah film survival game, Army of the Dead terasa terlalu panjang dan mengambang.

Army of the Dead tentu merupakan kabar baik bagi penggemar sutradara Zack Snyder, sebuah cerita orisinal tanpa membawa bendera DC Comics.

Setelah sukses menyajikan wabah zombie dalam film Dawn of the Dead, Zack kembali menawarkan hal serupa namun tak sama melalui film Army of the Dead.


Film ini mengisahkan wabah zombie yang melanda Las Vegas. Sebagian besar penduduk setempat menjelma jadi zombie dan meluluhlantakkan Las Vegas.

Segelintir manusia yang tersisa menjalani hidup dengan bertarung melawan zombie. Sebagian lainnya menjadi petarung, dan sisanya mengungsi di kawasan aman yang terhalang tembok besar.

Scott Ward (Dave Bautista), bekas tentara pembasmi zombie memutuskan untuk bertahan hidup dengan berjualan burger. Namun, ketenangan hidupnya terganggu godaan untuk menjalani sebuah misi.

Seorang pemilik kasino Bly Tanaka (Hiroyuki Sanada) merekrut Scott Ward dan sejumlah orang untuk menerobos wilayah zombie untuk menyelamatkan sejumlah uang di dalam kasino.

Seperti yang mungkin kita bayangkan, kisah akan berlanjut ke sebuah 'survival game' yang melibatkan Scott Ward dan rekan-rekannya, bertualang membasmi zombie.

Hal lumrah kemudian terjadi, satu per satu gugur, ada yang akibat serangan zombie, dan tentu ada juga yang merupakan korban pengkhianatan anggota tim lainnya.

Untuk cerita dengan pola yang umum dan alur maju, film Army of the Dead yang berdurasi sekitar 2,5 jam berpotensi menjadi film yang dragging, alias bertele-tele.

Pasalnya, tidak banyak klimaks di tengah cerita, klimaks hanya disimpan di akhir, itu pun dibuat menggantung dan tidak jelas perasaan apa yang ingin ditujukan pada penonton.

Drama Serba Tanggung

Penulis naskah jelas ingin menyelipkan unsur drama di antara cerita laga, brutal, nan menegangkan. Namun, beberapa terasa seperti 'yang penting ada' dan serba tanggung.

Mari kita mulai dari drama-drama yang coba dibentuk dari hubungan personal tokoh utama Scott Ward. Pertama pasti penonton tertuju pada hubungan ayah-anak antara Scott dengan Kate Ward.

Penulis jelas ingin membangun drama antara keduanya, di mana konsentrasi Scott selama perjalanan terbagi antara visi utama, dengan dorongan untuk melindungi sang anak yang paling lemah di skuat tersebut.

Entah siapa zombie di sini, tapi Ella Purnell yang memerankan Kate Ward seperti tokoh yang hatinya beku, dirinya tak nampak seperti anak yang berperasaan.

ARMY OF THE DEAD (Pictured) SAMANTHA WIN as CHAMBERS in ARMY OF THE DEAD. Cr. CLAY ENOS/NETFLIX © 2021Kate Ward dalam film Army of the Dead (Foto: Foto: Netflix)

Jadi, meski hubungan ayah-anak dalam film berakhir tragis, kesedihan yang dirasakan saat tiba pada adegan tersebut menjadi amat tanggung. Sungguh, seperti sandiwara tak bernyawa.

Hal yang sama juga terlihat dari 'love-hate relationship' antara Vanderohe (Omari Hardwick) dan Dieter (Matthias Schweighöfer). Jelas ada hubungan istimewa antar keduanya sejak awal.

Meski ajal akhirnya memisahkan mereka, namun sungguh hubungan emosi keduanya belum tuntas tercipta. Lucu tidak terlalu, tapi bromance pun tidak dalam.

Banyak tokoh yang gugur, tapi sedikit kesedihan yang bisa dibagi ke penonton. Jahatnya pengkhianatan anggota tim pun tak terasa terlalu jahat. Jadi, memang drama-drama dalam film ini serba tanggung.

Sensasi Lain Melawan Zombie

Baru di film ini, zombie terasa punya daya dan kuasa. Baru di Army of the Dead, terlihat bahwa zombie bisa ditampilkan sebagai entitas yang tertib, dan punya akal.

Pasukan zombie di film ini benar-benar seperti sekumpulan makhluk yang punya naluri bertahan, bukan hanya 'robot' yang menyerang manusia dengan membabi buta.

Film Army of the DeadFilm Army of the Dead memberi gambaran lain tentang konsep zombie (Foto: Netflix)

Hal tersebut menciptakan sensasi yang berbeda dengan film zombie lainnya, termasuk film zombie terdahulu sang sutradara Zack Snyder, Dawn of the Dead (2004).

Terasa betul visi Zack Snyder dalam membangun pemahaman lain, 'the next level' dari zombie. Situasi yang ditampilkan dalam cerita menggambarkan bahwa amat mungkin zombie lebih cerdas dari manusia, bahkan lebih manusia daripada 'monster' dan keangkuhan di dalam diri manusia.

Kecerobohan para tokoh utama membuat mereka tumbang satu per satu, dikalahkan oleh digdaya dan kecerdasan zombie. Konsep zombie alfa yang diusung Zack Snyder cukup terasa, meski tak cukup menolong banyak 'plot hole' sepanjang cerita.

Baca lanjutan review Army of the Dead di halaman berikutnya..

Menyisakan Tanya, Memberi Sedikit Kekecewaan

BACA HALAMAN BERIKUTNYA

Adblock test (Why?)


Review Film: Army of the Dead - CNN Indonesia
Kelanjutan Disini Klik

No comments:

Post a Comment

Facebook SDK

Featured Post

Sinopsis Film Agak Laen Tayang 1 Februari di Bioskop, Ceritakan Rumah Hantu di Pasar Malam - Tribun-Video.com

[unable to retrieve full-text content] Sinopsis Film Agak Laen Tayang 1 Februari di Bioskop, Ceritakan Rumah Hantu di Pasar Malam    Tribun...