Rechercher dans ce blog

Wednesday, March 31, 2021

Nasib Pekerja Film Menyambung Hidup dengan Youtube - kompas.id

Memuat data...

Kompas/Priyombodo

Rahmadia (tengah) memimpin latihan bagi para stuntman atau aktor pemeran pengganti untuk film laga di Studio Piranha Stunt Indonesia di Depok, Jawa Barat, Jumat (26/3/2021). Pandemi Covid-19 yang memukul industri film di Tanah Air turut berdampak bagi para stuntman ini. Sepinya pembuatan film selama masa pandemi membuat penghasilan mereka turun hingga 70 persen.

Tidak banyak yang bisa dilakukan pekerja film saat produksi dihentikan karena pandemi Covid-19. Mau protes, tetapi lawannya virus kecil nan mematikan. Tidak bisa dilawan. Pekerja terpaksa legawa menganggur hingga entah sampai kapan.

Sudah setahun baju-baju milik Denny Saputra (53) jadi pajangan. Biasanya, busana miliknya dipakai aktor dan aktris untuk shooting film. Penata busana itu kehilangan pekerjaan setahun terakhir. Produksi film-film yang menggunakan jasanya ditunda karena pandemi.

”Sebenarnya saya sedang siap-siap berangkat ke Medan dan Kalimantan sebelum pandemi. Ada produksi dua judul film. Eh, ternyata semua kegiatan dihentikan pada Maret 2020. Sudah hampir setahun saya tidak ada pekerjaan,” kata Denny saat dihubungi dari Jakarta, Kamis (25/3/2021).

Selain pekerjaan, pendapatannya ikut hilang. Bekalnya setelah produksi film berhenti adalah upah yang sudah dibayarkan di termin pertama. Upah termin pertama biasanya 20-30 persen dari total upah suatu produksi film. Jumlah upah tergantung dari skala film, bisa puluhan juta hingga ratusan juta rupiah.

Itu pendapatan bruto. Masih harus saya bagi dengan asisten yang membantu saya.

”Itu pendapatan bruto. Masih harus saya bagi dengan asisten yang membantu saya,” kata Denny.

Ia mengaku sempat stres selama pandemi. Selain tidak ada pemasukan, ia tidak bisa mendapat bantuan kebutuhan pokok karena belum mengurus perpindahan kartu penduduk dari Jakarta ke Bekasi.

Denny menyambung hidup dengan bantuan dari rekan-rekannya. Para pelaku industri film beberapa kali mengumpulkan dana untuk membantu pekerja film terdampak. Bantuan itu membuat Denny bisa sedikit bernapas lega, tetapi ia tetap harus mencari pekerjaan lain.

Ia pun bekerja sebagai kurir barang. Belakangan, ia menerima pekerjaan dari rumah produksi kecil untuk membuat konten di Youtube. Konten itu digarap bersama tiga teman lain. Denny yang sejatinya penata busana pun beralih peran menjadi sutradara, penata busana, hingga penata artistik.

Sekali produksi Denny bisa mendapat Rp 500.000-Rp 1,5 juta. Hingga kini, ia sudah membuat sedikitnya 10 konten di Youtube.

”Hajar saja daripada tidak ada pemasukan. Sebenarnya kami (pekerja produksi film) sudah kenyang dengan kondisi seperti ini. Saat krisis 1998 pun kami menganggur karena tidak ada produksi film. Jadi, sebenarnya tidak kaget lagi dengan kondisi ini,” ucap Denny.

Baca juga: Dari ”Clubhouse” hingga ke Surat Terbuka untuk Presiden

Memuat data...

Ribuan terdampak

Persatuan Karyawan Film dan Televisi (KFT) mencatat ada 7.000 anggota yang tersebar di Indonesia. Sebanyak 4.500 orang terlibat aktif dalam produksi film dan televisi, dan 2.500 di antaranya kehilangan pekerjaan karena produksi dihentikan saat pandemi.

Ketua Persatuan KFT Gunawan Paggaru mengatakan, hal ini berpengaruh ke kelangsungan hidup para pekerja film. Kemampuan bertahan pada masa krisis tergantung dari upah yang diterima.

”Pekerja di level kreator, seperti sutradara, produser, dan penulis skenario, bisa bertahan enam bulan hingga setahun dengan upah mereka. Pekerja di level master, seperti kameramen dan penata artistik, sekitar enam bulan. Sementara itu, orang di level pekerja, seperti asisten dan pembantu umum, bisa hanya seminggu,” kata Gunawan.

Persatuaan KFT dan asosiasi profesi lain pernah bekerja sama dengan platform over the top (OTT) untuk membantu pekerja film. Mereka mengumpulkan dana, kemudian menyumbangkannya untuk para pekerja.

Asosiasi profesi juga mengajukan permohonan ke pemerintah agar bisa kembali memproduksi film dengan protokol kesehatan. Pemerintah lalu mengeluarkan Surat Keputusan Bersama (SKB) 2 Menteri tentang Panduan Teknis di Bidang Kebudayaan dan Ekonomi Kreatif. Surat itu ditandatangani Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nadiem Makarim serta Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif sebelumnya, Wishnutama Kusubandio.

Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif juga mengeluarkan Panduan Pelaksanaan Kebersihan, Kesehatan, Keselamatan, dan Kelestarian Lingkungan untuk Sektor Ekonomi Kreatif. Subsektor film, animasi, dan video termasuk di dalamnya. Produksi film mulai banyak dilakukan pada Oktober 2020.

Produksi film berjalan dengan protokol kesehatan yang ketat. Asosiasi Produser Film Indonesia (Aprofi) mencatat, biaya produksi naik sedikitnya 10 persen untuk protokol kesehatan.

”Produksi film sudah banyak yang jalan, tetapi mereka ragu kapan filmnya bisa tayang di bioskop. Sementara itu, produksi konten televisi dan OTT sudah normal kembali. Kami terus mengawal, mengawasi, dan mengedukasi soal protokol kesehatan di lingkungan kerja,” kata Gunawan.

Baca juga: Asa di Tengah Keterpurukan

Menurut Ketua Indonesian Cinematographer Society (ICS) Anggi Frisca, produksi film skala besar tidak bisa dilakukan pada 2020. Pelaku industri film harus mengolah ide kreatif sehingga pengambilan gambar bisa dilakukan di rumah dengan jumlah orang terbatas. Cara lain adalah dengan membuat ide cerita yang latar tempatnya ada di ruang terbuka.

”Produksi film sudah mulai berjalan. Saya pribadi akan mengerjakan dua proyek film tahun ini,” katanya.

Let's block ads! (Why?)


Nasib Pekerja Film Menyambung Hidup dengan Youtube - kompas.id
Kelanjutan Disini Klik

No comments:

Post a Comment

Facebook SDK

Featured Post

Sinopsis Film Agak Laen Tayang 1 Februari di Bioskop, Ceritakan Rumah Hantu di Pasar Malam - Tribun-Video.com

[unable to retrieve full-text content] Sinopsis Film Agak Laen Tayang 1 Februari di Bioskop, Ceritakan Rumah Hantu di Pasar Malam    Tribun...