Nama Usmar Ismail tak akan bisa dilepaskan dari coretan perjalanan industri film Indonesia. Ia memulai apa yang kita nikmati kini di layar lebar.
Pria kelahiran Bukittinggi Sumatera Barat tersebut disebut menjadi pelopor lahirnya industri film Tanah Air. Melalui sejumlah film, di tahun 1950-an ia memicu lahirnya insan-insan lain di dunia perfilman.
Sejumlah judul film kemudian menjadi identik bagaimana Usmar Ismail mencetak sejarah berupa karya seni yang bisa dinikmati hingga kini.
Berikut 3 film karya sutradara Usmar Ismail yang berperan besar mengubah industri hiburan film di Indonesia:
1. Darah dan Doa (1950)
Film Darah dan Doa menjadi debut penyutradaraan Usmar Ismail. Darah dan Doa (judul lain: The Long March) kisahkan perjalanan panjang prajurit RI dari Yogyakarta ke Jawa Barat.
Rombongan tersebut dipimpin oleh Kapten Sudarto (Del Juzar). Perjalanan diwarnai ketegangan, berupa serangan dari tentara Belanda, dan dibumbui aroma pengkhianatan.
Kapten Sudarto tidak digambarkan sebagai pahlawan yang suci, melainkan manusia biasa yang tak lepas dari godaan. Meski telah berkeluarga, di sepanjang perjalanan ia terlibat dalam beberapa hubungan cinta terlarang.
Poster Film Darah dan Doa (1950) (Foto: Perfini via Imdb)
|
Konflik film ini didasari oleh ketegangan yang terjadi dalam peristiwa nyata Pemberontakan PKI Madiun tahun 1948.
Meski telah ada film cerita sebelum Darah dan Doa, namun film ini yang ditunjuk sebagai film nasional pertama. Maka dari itu, film ini ditunjuk sebagai cikal bakal penentuan Hari Film Nasinal (30 Maret).
2. Lewat Djam Malam (1954)
Film Usmar Ismail selanjutnya yang juga membangkitkan gairah perfilam zaman itu adalah Lewat Djam Malam, film yang masih bertemakan kepahlawanan bangsa.
Film Lewat Djam Malam mengisahkan seorang bekas pejuang, Iskandar (AN Alcaff) yang pulang kembali berbaur ke lingkungan masyarakat. Ia coba menyesuaikan diri dengan sekitar.
Kisah dimulai ketika Iskandar masuk ke rumah kekasihnya, Norma (Netty Herawati) tepat pada jam malam. Iskandar diceritakan kabur dari pesta yang digelar di rumah Norma, dan menemui sejumlah orang untuk mencari pekerjaan.
Film Lewat Djam Malam karya sutradara Usmar Ismail (Foto: Perfini via Imdb) |
Ke mana pun Iskandar pergi, ketika lewat jam malam ia hanya bisa kembali ke rumah Norma, berlindung dari hal-hal buruk yang ia alami di luar rumah.
Film yang telah berusia puluhan tahun ini pernah direstorasi oleh National Museum of Singapore dan World Cinema Foundation, bekerja sama dengan Kineforum Dewan Kesenian Jakarta.
Usai direstorasi tahun 2010-2012, film ini kembali ditayangkan di Festival Film Cannes, juga di beberapa bioskop di Indonesia.
3. Tiga Dara (1956)
Salah satu film yang paling dikenang dari Usmar Ismail adalah Tiga Dara. Film ini juga jadi batu loncatan karier nama-nama besar di industri film nasional.
Tiga Dara mengisahkan Nunung (Chitra Dewi), Nana (Mieke Wijaya), dan Nenny (Indriati Iskak). Mereka bertiga tinggal bersama ayah mereka, Sukandar (Hassan Sanusi) dan nenek (Fifi Young) setelah ditinggal sang ibu.
Nenek mereka menginginkan Nunung menikah, dan sempat merayakannya sebelum meninggal. Ia kemudian mencarikan jodoh untuk Nunung.
Salah satu adegan bernyanyi dalam film Tiga Dara karya Usmar Ismail. (Foto: Dok. Perfini dan S.A Films) |
Perjalanan nenek dan ayah ketiga anak perempuan tersebut jadi premis utama film yang disutradarai Usmar Ismail ini. FIlm ini dibumbui dengan adegan-adegan komedi.
Tiga Dara belum lama ini direstorasi oleh SA Films dengan format 4K. Hasil restorasi juga sempat ditayangkan di sejumlah bioskop Tanah Air pada Agustus 2016 lalu.
(fjr)3 Film Karya Usmar Ismail yang Mengubah Industri Layar Lebar - CNN Indonesia
Kelanjutan Disini Klik
No comments:
Post a Comment